Ditulis oleh: Salma Ismail
Ilmuwan di University of Washington dan Center for Respiratory Diseases Research Kenya memanfaatkan teknologi canggih untuk mengembangkan alat skrining baru yang memanfaatkan kekuatan aplikasi smartphone.
Urgensi alat ini ditekankan oleh munculnya kembali kasus TB secara global, yang menuntut metode diagnostik yang hemat biaya dan mudah diakses, terutama di wilayah dengan sumber daya kesehatan terbatas. Meskipun tes TB tradisional seperti kultur dahak atau tes molekuler GeneXpert sangat akurat, keterjangkauannya tetap menjadi perhatian di daerah yang paling terdampak.
Alat ini dilatih untuk mengenali nuansa halus dalam karakteristik batuk, termasuk yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia, yang membedakan batuk terkait TB dari yang disebabkan oleh kondisi pernapasan lainnya. Dengan meminimalkan kebisingan latar belakang dan variabilitas lingkungan, TBscreen menunjukkan akurasi yang menjanjikan dalam membedakan batuk TB, mencapai tingkat akurasi keseluruhan sekitar 82%.
Studi ini melibatkan perekaman batuk dari pasien TB dan individu dengan kondisi pernapasan lainnya. Melalui analisis teliti lebih dari 33.000 batuk pasif dan 1.200 batuk paksa, TBscreen menunjukkan kemampuannya untuk membedakan batuk terkait TB dengan akurasi yang mengesankan.
Ini bukanlah contoh pertama memanfaatkan suara batuk untuk diagnosis TB. Tahun lalu, peneliti di University of California, San Francisco, mengembangkan aplikasi ponsel serupa untuk memantau frekuensi batuk di antara pasien TB di berbagai wilayah yang sangat terdampak oleh penyakit ini.
Dengan TB tetap menjadi masalah kesehatan global yang signifikan, inovasi seperti TBscreen menawarkan harapan dalam memerangi penyakit menular ini. Dengan memanfaatkan ketersediaan smartphone yang luas, teknologi ini memiliki potensi untuk merevolusi skrining TB, membuka jalan untuk deteksi lebih awal dan hasil pasien yang lebih baik.
TBscreen mewakili pemanfaatan solusi kesehatan digital untuk menangani salah satu penyakit menular tertua umat manusia. Dengan pengembangan dan implementasi lebih lanjut, pendekatan inovatif ini tidak hanya dapat mengubah diagnosis TB tetapi juga meningkatkan penelitian dalam mendeteksi kondisi paru-paru lainnya, menawarkan mercusuar kemajuan dalam kesehatan global.
Referensi
Manuja Sharma et al, TBscreen: A passive cough classifier for tuberculosis screening with a controlled dataset, Science Advances (2024). DOI: 10.1126/sciadv.adi0282
Comments